14 September 2017

DATANG TAK DI UNDANG LALU MAKAN DAN AMBIL AMPLOP GRATIS

Mungkin pembaca binggung yach apa maksud dari judul diatas…. ? Oke saya jelaskan tidak pakai lama, Cuma 2 menit kok membacanya.

Pada tanggal 08/09/2017 saya sedang menghadiri acara selamatan pernikahan salah satu anggota keluarga saya dan kebetulan keluarga saya itu bersuku Jawa.

Karena baru pertama kali saya menghadiri acara selamatan pernikahan di daerah tersebut, sehingga saya mencoba mengamati tingkah laku dan prilaku para tamu undangan.

Dari pukul 13.00 Wib siang hari, saya perhatikan undangan tidak banyak yang datang hanya sekitar 10 orang, sedangkan kursi yang tersedia lumayan banyak.

Kemudian mereka makan kue dan minum yang memang sudah disediakan diatas meja dekat kursi mereka.

Sekitar 15 menit berlalu, mereka dipersilakan untuk mengantri dimeja prasmanan yang tidak jauh dari kursi mereka, lalu mereka makan dirumah yang saya tumpangi.

Saya pikir mereka makan dirumah tersebut karena memang mencari tempat yang nyaman, agar tidak malu saat melahap paha ayam yang kelihatannya lezat itu.

Ternyata….rumah yang saya tempati itu memang disengajakan sebagai tempat makan para tamu undangan.

Sebab setelah 10 orang itu selesai makan, maka ada beberapa orang lagi yang masuk ke dalam rumah untuk makan setelah beberapa orang sebelumnya selesai makan.

Istilah sederhananya ternyata mereka itu sudah diatur antrian atau bergilir untuk makan dirumah itu oleh Tuan Rumah.

Rupanya setelah saya perhatikan para tamu yang datang memang tidak ada jadwal khusus, sehingga dari jam 13.00 Wib sampai pukul 21.00 Wib tamu tetap datang dalam jumlah sekitar 5 sampai 7 orang secara terus menerus.

Pokoknya jika tamu datang maka tuan rumah mempersilakan tamu duduk dahulu, lalu makan kue dan kemudian dipersilakan makan serta ditempatkan ditempat khusus.

Nah…….setelah makan ini mereka mengambil amplop secara gratis yang sudah disediakan oleh tuan rumah.

Tujuannya tersedianya amplop gratis ini tidak lain adalah untuk mempermudah para tamu jika ingin memberikan uang sumbangan ke pada Tuan rumah.

Jadi para tamu tidak perlu lagi membawa atau membeli amplop kosong.

Esok harinya saya Tanya ke Tuan Hajatan untuk mengorek – ngorek informasi dan ternyata semua tamu yang hadir tidaklah diberi undangan tertulis ataupun secara lisan.

Mereka datang secara sukarela hanya bermodal mendengarkan kabar angin saja.
Dan adat seperti itu sudah membudaya di daerah tersebut walau ada juga yang memakai system undangan secara tertulis.

Begitupun sebaliknya jika ada orang lain yang sedang hajatan, maka Keluarga saya yang sedang hajatan tersebut akan datang walau tanpa diundang.

Cukup unik juga menurut saya sebab kedatangan orang tersebut memang tulus dari hati, beda dari adat perkotaan yang mana orang tidak akan datang jika tidak diundang baik secara lisan maupun tertulis.

Namun……ada sisi kekurangan menurut saya jika menggunakan adat hajatan tanpa undangan, yaitu tidak bisa memprediksi berapa jumlah tamu yang akan hadir.

Sehingga persiapan makanan dan minuman yang ada membuat hati was – was, khawatir kekurangan.

Jika tamu yang hadir ternyata membludak maka, dikhawatirkan makanan dan minuman yang tersedia tidak cukup, akhirnya Tuan rumah akan malu.

Namun jika tamu yang datang sangat sedikit, maka makanan yang terlalu banyak tersisa.

Dan hal ini bisa saja terjadi, jika cuaca sedang hujan dan tamu akan enggan untuk datang.

Ohy setelah tamu akan pulang, maka para tamu akan diberikan sebuah bungkusan yang berisikan makanan.

Bagaimana teman, berani mengadakan hajatan, tanpa memberi undangan secara tertulis….?





Comments

Mohon ketika berkomentar harap menggunakan Akun Blogger , G+,Anonymous kalau URLnya di isi dengan Nama Blog, Maka dengan berat Hati komentarnya tidak saya Posting, :)
EmoticonEmoticon