DATANG TAK DI UNDANG LALU MAKAN DAN AMBIL AMPLOP GRATIS
Mungkin
pembaca binggung yach apa maksud dari judul diatas…. ? Oke saya jelaskan tidak
pakai lama, Cuma 2 menit kok membacanya.
Pada
tanggal 08/09/2017 saya sedang menghadiri acara selamatan pernikahan salah satu
anggota keluarga saya dan kebetulan keluarga saya itu bersuku Jawa.
Karena
baru pertama kali saya menghadiri acara selamatan pernikahan di daerah
tersebut, sehingga saya mencoba mengamati tingkah laku dan prilaku para tamu
undangan.
Dari
pukul 13.00 Wib siang hari, saya perhatikan undangan tidak banyak yang datang
hanya sekitar 10 orang, sedangkan kursi yang tersedia lumayan banyak.
Kemudian
mereka makan kue dan minum yang memang sudah disediakan diatas meja dekat kursi
mereka.
Sekitar
15 menit berlalu, mereka dipersilakan untuk mengantri dimeja prasmanan yang
tidak jauh dari kursi mereka, lalu mereka makan dirumah yang saya tumpangi.
Saya
pikir mereka makan dirumah tersebut karena memang mencari tempat yang nyaman,
agar tidak malu saat melahap paha ayam yang kelihatannya lezat itu.
Ternyata….rumah
yang saya tempati itu memang disengajakan sebagai tempat makan para tamu
undangan.
Sebab
setelah 10 orang itu selesai makan, maka ada beberapa orang lagi yang masuk ke
dalam rumah untuk makan setelah beberapa orang sebelumnya selesai makan.
Istilah
sederhananya ternyata mereka itu sudah diatur antrian atau bergilir untuk makan
dirumah itu oleh Tuan Rumah.
Rupanya
setelah saya perhatikan para tamu yang datang memang tidak ada jadwal khusus, sehingga
dari jam 13.00 Wib sampai pukul 21.00 Wib tamu tetap datang dalam jumlah
sekitar 5 sampai 7 orang secara terus menerus.
Pokoknya
jika tamu datang maka tuan rumah mempersilakan tamu duduk dahulu, lalu makan
kue dan kemudian dipersilakan makan serta ditempatkan ditempat khusus.
Nah…….setelah
makan ini mereka mengambil amplop secara gratis yang sudah disediakan oleh tuan
rumah.
Tujuannya
tersedianya amplop gratis ini tidak lain adalah untuk mempermudah para tamu
jika ingin memberikan uang sumbangan ke pada Tuan rumah.
Jadi
para tamu tidak perlu lagi membawa atau membeli amplop kosong.
Esok
harinya saya Tanya ke Tuan Hajatan untuk mengorek – ngorek informasi dan
ternyata semua tamu yang hadir tidaklah diberi undangan tertulis ataupun secara
lisan.
Mereka
datang secara sukarela hanya bermodal mendengarkan kabar angin saja.
Dan
adat seperti itu sudah membudaya di daerah tersebut walau ada juga yang memakai
system undangan secara tertulis.
Begitupun
sebaliknya jika ada orang lain yang sedang hajatan, maka Keluarga saya yang
sedang hajatan tersebut akan datang walau tanpa diundang.
Cukup
unik juga menurut saya sebab kedatangan orang tersebut memang tulus dari hati,
beda dari adat perkotaan yang mana orang tidak akan datang jika tidak diundang
baik secara lisan maupun tertulis.
Namun……ada
sisi kekurangan menurut saya jika menggunakan adat hajatan tanpa undangan,
yaitu tidak bisa memprediksi berapa jumlah tamu yang akan hadir.
Sehingga
persiapan makanan dan minuman yang ada membuat hati was – was, khawatir kekurangan.
Jika
tamu yang hadir ternyata membludak maka, dikhawatirkan makanan dan minuman yang
tersedia tidak cukup, akhirnya Tuan rumah akan malu.
Namun
jika tamu yang datang sangat sedikit, maka makanan yang terlalu banyak tersisa.
Dan
hal ini bisa saja terjadi, jika cuaca sedang hujan dan tamu akan enggan untuk
datang.
Ohy
setelah tamu akan pulang, maka para tamu akan diberikan sebuah bungkusan yang
berisikan makanan.
Bagaimana
teman, berani mengadakan hajatan, tanpa memberi undangan secara tertulis….?