01 Agustus 2017

Adat Uang Asap Saat Melamar Gadis Di OKU

“ Lain lubuk lain ikannya “ , lain daerahnya lain pula adat istiadatnya, mungkin Pribahasa tersebut bisa mewakili sebuah adat – istiadat yang bernama “ Uang Asap “. 

Adat Tersebut masih berlaku di beberapa Kecamatan di Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.

Adat Uang Asap Saat Melamar Gadis Di OKU
Gambar Ilustrasi dari Pixabay

Adat “ Uang Asap “ merupakan uang permintaan dari pihak Keluarga Sang Gadis yang bertujuan untuk membantu meringankan biaya saat melangsungkan pernikahan di Rumah Sang Gadis.

Kenapa disebut dengan Uang Asap ?

Sebab uang tersebut akan dipergunakan untuk belanja kebutuhan dapur saat akan melangsungkan Pernikahan nanti.

Iya…bisa disebut juga kalau uang tersebut untuk membuat dapur bisa mengepul alias ada yang dimasak.

Soal jumlahnya juga tergantung pada Musyawarah antar ke dua belah pihak, jadi bisa besar dan bisa juga kecil.

Namun tidak semua Desa yang berada di Wilayah Kabupaten OKU yang masih menggunakan adat “ Uang Asap “ tersebut, jadi ada juga yang tidak memakainya.

Penyerahan uang Asap umumnya diserahkan pada saat keluarga Laki – Laki akan melamar sang Gadis, namun ada juga diserahkan satu minggu sebelum hari H .

Uang Asap ini biasanya akan di utarakan oleh pihak keluarga perempuan saat Musyawarah atau pertemuan pertama kali dari kedua belah pihak keluarga.

Biasanya dibahas serentak saat Sang Gadis meminta Mas Kawin dan Meminta Makanan berupa Wajik atau Dodol.

Baca “ Siap _ siap buat dodol atau wajik, Jika ingin melamar Gadis Di OKU “.

Sekian.

5 komentar

  1. Uang asap untuk membantu biaya hajatan ternyata, uang bukan segalanya ya tapi nggk ada uang dapurpun tak berasap hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah betul sekali Mbak..... asap bikin mata perih,,,namun kalau dapur tdk mengepulkan asap,maka bisa bikin perut jadi perih ( kelaparan dot com ).... hehe.

      Hapus
  2. Baru tahu kalau uang asap itu diserahkan pada saat melamar ya, Kang.
    Jadi tahu nih, dan uang asap juga memang untuk membantu akan kebutuhan acara ya, Kang..

    BalasHapus
  3. Saya justru bersyukur jika adat itu masih ada. Bisa bantu meringankan beban keluarha si gadis. 'Kan harus menjamu tamu juga, terutama dari rombongan pengantin pria pada acara lamaran. Tak lucu jika mereka tak disuguhi apa-apa, cuma air doang, hi hi.
    Kalau di sini mah sebutannya beda, cuma saya lupa apa. Gak nyimak. Busyet, adat kampung sendiri gak paham, harus dikeplak, ha ha.
    Kalau soal dodol dan wajik. Sip, deh. Hal itu harus tetap jadi tradisi. Saya suka keduanya, ha ha. Bikinnya susah banget dan ribet, jadi mending beli.

    BalasHapus

Mohon ketika berkomentar harap menggunakan Akun Blogger , G+,Anonymous kalau URLnya di isi dengan Nama Blog, Maka dengan berat Hati komentarnya tidak saya Posting, :)
EmoticonEmoticon