Dongeng Di Negeri (Bukan) Dongeng
Imej dongeng sebagai sesuatu yang di awang-awang, ajaib,
penuh khayalanmembuat kita memaklumi segala sesuatu yang dirasa nggak masuk
akal. Terima aja nggak usah banyak tanya. No excuse. Kan namanya juga dongeng..
Seiring bertambahnya umur saya menemukan berbagai referensi
bacaan tentang dongeng dari sudut pandang yang lain. Di sisi lain saya bertemu dengan
orang-orang luar biasa yang paham sejarah.
Betapa saya sering takjub melihat kenyataan dongeng hanyalah
simbol-simbol dan penyamaran dari suatu keadaan yang tidak boleh diketahui
secara umum.
Mungkin kasusnya semacam peristiwa besar yang tidak boleh
disebarkan secara terang-terangan sehingga penyampaiannya pun digubah secara
halus, penuh simbol dan tidak terang-terangan. Misal seperti kisah Ramayana
yang ternyata adalah peristiwa genosida bangsa
pribumi yang dilakukan oleh bangsa pendatang berkulit putih.
Pernah dengar cerita Baru Klinting? Wow! Dulu sih waktu ada
cerita sebatang lidi yang tercabut bisa memancarkan air yang bisa
menenggelamkan satu desa bikin saya melongo. Kok bisa ya? Emang kayak gimana
lidinya? Sakti banget nih bocah. Ternyata bukan masalah lidi yang dicabut.
Pernah kepikiran gak kalo kisah ini sebenarnya mirip musibah lumpur lapindo di
zaman orde baru kemarin? Hai, kisah baru klinting terulang lagi! God!
Atau seperti kisah Ken Arok yang katanya anak Dewa Surya.
Dulu sih saat SD saya mikir keras nih dewa makluk apaan? Apa sebangsa jin gitu
ya? Guru agama saya gak pernah bahas soalnya. Haha.. Nah, sekarang saya tahu, Dewa Surya dimaksud dalam Babad Tanah Jawa
yang notabene ayah Ken Arok ternyata hanya manusia biasa. Posisinya sebagai
pejabat tinggi pada waktu itu sangat tidak memungkinkan para penulis naskah
menyebut identitasnya secara langsung. Intinya ayah KenAarok ini adalah oran
penting -yang -tak-boleh-disebut-namanya. Dan kalo nekad disebut juga, hmmm…you
know what I mean.
Ohya, info nggak penting. Ken arok mati ditusuk anak tirinya
di waktu sore hari saat menyantap makanan favoritnya. Dan ternyata makanan
favorit keluarga kami sama. Saya curiga, jangan-jangan kami masih satu
keturunan. Oh tidaaak! Penasaran apa makanan favorit keluarga saya dan Ken
Arok, gak? Abaikan paragraph yang ini. Lanjut ya.
Membaca dongeng harus berhati-hati. Tak semua dongeng harus
ditelan mentah-mentah. Saya ingat saat kena protes si kecil kenapa sih cuma
Timun Mas aja yang boleh melanggar janji . Semua tahu dong ortu Timun Mas
pernah janji akan memberikan anaknya yang cuantek mobyong-mobyong kayak artis
Inul Daratista itu untuk dijadikan makanan raksasa saat usianya 17 tahun. Wah,
saya sempat kaget sambil mikir, iya ya.. jangan-jangan saya udah ngajarin anak
boleh melanggar janji . waduh.. harus buru-buru kasih epilog nih biar si Kecil
gak banyak tanya lagi. Fiuh! Emaknya ampe keluar keringet dingin.
Satu lagi dongeng yang melekat di ingatan saat masih kecil.
Dongeng Joko tarub. Sejak kecil saya bener-bener gak simpati ama cowok macem
gini. Meskipun hanya dongeng tapi saya ngerasa tersinggung berat lha wong
semasa kecil saya hidup di desa dan biasa mandi di kali.
Sejak kecil di desa Si Mbah Uti para cowok sejak usia balita udah diberi semacam brainwash bahwa area mandi perempuan dan laki-laki itu berbeda. Lelaki terhormat itu harus menjaga pandangan. Eh, lha kok ujug-ujug diceritain dongeng ini. Meskipun Joko Tarub lelaki muda cem oppa-oppa yang auranya wow bingiit, eitss.. kayaknya kalo di desa Mbah Uti bakal jadi gunjingan bu Tejo dan kroninya. Uh, ngeriii!
Namun begitulah dongeng. Tak semua harus ditelan mentah-mentah. Terkadang sebuah asumsipun bisa menjadi gossip menarik yang terus dibiarkan para pelakunya. Demi alasan apa coba? Balik ke kasus Joko Tarub, pemuda ganteng ala oppa-oppa korea ini dituduh sebagai cowok pecicilan yang dengan liciknya mengambil selendang milik bidadari yang sedang mandi di kali.( Ehmm.. saya bayangin nih kalo Nawangwulan, bidadari itu ketemu brand besar pasti udah diendors macem-macem. Krim kulit, sabun wangi, sampoo anti ketombe yang efeknya pasti viral ngalahin Anggun jadi duta shampoo lain.)Nah, lagi-lagi dongeng bikin saya ngerasa di prank karena
kenyataannya seringkali tidak seperti yang kita bayangkan. Sama halnya dengan kisah Joko Tarub yang
ternyata adalah salah seorang ulama zaman wali songo. Sek bentar. Betul, saya
tidak salah ketik. Beliau adalah seorang ulama. Beliau ini tidak pernah
mengintip perempuan mandi apalagi mencuri selendangnya.
Awalnya kisahnya bisa dibaca di novel Damar Shasangka
berjudul Sejarah sabda Palon: Tonggak Bumi Jawa (2015). Prolognya Ki joko Tarub
sedang menceritakan kisahnya di depan putri semata wayangnya yang baru saja
menginjak usia sweet seventeen.
Joko Tarub sendiri bernama asli Kidang Telangkas putra Syekh
Maulana Magribi yang menikah dengan putri dari Adipati Tuban. Nah, Kidang
Telangkas ini ikut orang tua angkatnya yang tinggal di desa Tarub makanya
namanya di sebut Joko Tarub.
Suatu hari ada rombongan dari tanah Sunda yang melewati jalur
laut dari pelabuhan Kalapa (sekarang Jakarta) menuju pelabuhan Simongan
(sekarang Semarang). Di tengah perjalanan mereka transit dan tinggal sebentar
di hutan daerah Tarub yang terkenal angker dan wingit.
Kedatangan rombongan ini tidak lapor RT RW padahal aturannya
jelas siapapun yang masuk ke desa Tarub harus lapor dulu ke Akuwu Ring Tarub selaku
penguasa setempat. Saat itu orang tua angkat Joko Tarub lah yang menjadi Akuwunya.
Seiring berjalannya waktu, banyak warga yang melihat ada beberapa wanita cantik
yang mandi di sendang di tengah hutan.
Lha karena terlihat bingung maka penduduk desa ini menganggap
perempuan-perempuan cantik ini sebagai widodari atau bidadari. Kondisi ini
memaksa Joko Tarub untuk memeriksa situasi hutan yang dianggap meresahkan
warga. Awalnya Joko Tarub juga mengira bahwa perempuan-perempuan itu golongan
bidadari. Namun anggapan itu sirna saat ia juga melihat ada segolongan lelaki
yang berada tidak jauh dari tempat tersebut.
Singkat cerita Joko Tarub pun berkenalan dengan rombongan
tersebut. Dan ternyata kedatangan mereka adalah untuk mencarikan suami dari
salah satu putri mereka yang bernama Rara Purwaci. Joko Tarub dianggap sebagai
calon yang tepat karena memiliki
ciri-ciri pemuda yang mereka cari. Singkat cerita, Joko Pulang dengan membawa
calon istrinya. Penduduk gempar dan mengira Joko Tarub akan menikah dengan
bidadari. Joko tarub tidak melakukan konfirmasi apapun perihal apapun dan
sengaja menyembunyikan identitas istrinya karena perbedaan kasta di antara
mereka pasti akan menjadi masalah. Bahkan mengubah nama Rara Purwaci menjadi
Nawang Wulang.
Asal-usul yang simpang siur dan tidak jelas ini semakin
menguatkan asumsi yang beredar di masyarakat bahwa Nawang Wulan memang
benar-benar widodari. Dan parahnya asumsi ini terus kita percaya selama
berabad-abad. Jadi wajar kan kalo saya ngerasa di prank saat tahu fakta
aslinya? Oke, lanjut. Singkat cerita mereka menikah dan memiliki putri bernama Nawangsih. Dari nawangsih inilah raja-raja
jawa seperti Ki Ageng Selo dan Ki Ageng Pemanahan diturunkan.
Bukan cuma kisah Joko Tarub dan Ken Arok saja yang mengalami
distorsi kisah. Masih banyak yang lain. Cuma kalo saya ceritain semua kayaknya
pada bosen nih. Tuh, udah ada yang nguap saking kantuknya. Haha.. Baeqlah,
sodara. Kita akhiri kisah ini biar saya nggak kebanyakan omong (ngetik).
Sekian.
By SS
Hehe iya terkenal banget Joko Tarub dan bidadari ini. Boleh lah nulis dongeng yang lain, ntar tak baca semua mba wkwkk
BalasHapusYakin nih gak ngantuk kak?
HapusSaya sangat menyukai cerita yang bersangkutan dengan masa lalu (bukan kisah bareng mantan ya...) dan budaya suatu daerah. Bahkan skripsiku menyangkut tentang legenda. Menurutku, legenda bukan sekadar legenda.
BalasHapusEh, kisah mantan bisa jadi duwit lho mbak. Tanya aja mas pidi baiq tuh. Dilan jadi viral gegara ngomongin mantan lho
HapusSepertinya menarik nih mengulas fakta asli tentang dongeng yang beredar sekarang :)
BalasHapusItu akan meluruskan banyak hal terutama sejarah aslinya
Kadang ada yg emang sengaja dikaburkan demi nama baik kak. History is his story
HapusWahh mbak banyak koleksi dongengnya yaa.. aq tau dongeng2 spt ini karena dulu waktu kecil suka baca hehe
BalasHapusHehe.. Ceritain dong mb dongeng apa aja yg tau
Hapusaku memang percaya bahwa dongeng itu ga nyata ya mbak..tapi ternyata distorsinya jauh bgt jaka tarub ke ulama huhu
BalasHapusHooh. Begitulah..
HapusWow.. mindblowing juga ya soal jaka tarub ini.
BalasHapussaya benar-benar tidak menyangka.
saya juga gak kepikiran buat ngecek bagaimana dongeng bisa muncul sih. semoga bisa share soal dongeng yang lain ya mbak. :D
Udah, gak usah di cek mbak. Pusing ntar
HapusKok aku jadi penasaran sama makanan favorit Ken Arok ya..hm, bisa sama dengan kesukaannya Mbak Santi..duh kepo akutuuu
BalasHapusDongeng mau di manapun memang ga masuk akal ya..tapi mebuat kita (terutama) anak-anak berimajinasi. Bahkan bisa jadi inspirasi perusahaan seperti Disney untuk membuat film dan lainnya dari dongeng ini
Ulasan yang menarik Mbak..aku suka caranya bercerita...
Hehe.. Ntar aku ceritain makanan favoritnya. Klo gak lupa
HapusCerita kaya gini lagi mbakkk ...
BalasHapusSuka banget tulisan ini, karena saya yang familiar dengan cerita cerita di atas jadi tahu kisah yang sebenarnya.
Wah, makasih mb
HapusSejak SD saya suka sekali baca dongeng mbak, bahkan sering koleksi dari timun emas, malin Kundang, tapi belum pernah punya yang Jaka Tarub.. hanya baca di perpustakaan saja kalau Jaka Tarub. Saya sering nanya dulu waktu sekolah, katanya ini dongeng hanya kisah fiktif tapi ada yang bilang sebagian di angkat dari kisah nyata
BalasHapusBegitulah mb. Ada yg fakta terdistorsi, ada pula yg bener2 fiksi
HapusSebenernya dongen sangat bagus kalau untuk diceritakan kepada anak-anak kita ya. APalagi kalau dimodifikasi gitu sesuai zaman milenial, hehehe
BalasHapusTul nih. Biar anak2 gak cuma kenal kamen Rider
HapusHahaha aku ngakak baca tulisan mba Santi ini,, satu keturunan sm Ken Arok karena sama makanan favoritnya pula gokilll, thanks mba... Menghibur
BalasHapusUdah tahu makanan favorit kami mbak?
Hapusdongeng dikategorikan fiksi, karena memang hanya hayalan. tapi hayalan dama dongeng sarat akan pesan moral. tentunya bagus untuk membangun karakter anak
BalasHapusBetul. Tp gak semua denger membangun moral. Ada yg perlu pendampingan orang tua seperti kisah Sangkuriang
HapusKalau dulu booming banget cerita cerita rakyat,beda seperti sekarang yang lebih betah berjam jam menatap smartphone, ditambah lagi kesibukan para orang tua yang tak sempat membacakan dongeng sebagai pengantar tidur.
BalasHapusAda timun mas, hikayat kancil, cerita pinokio, malin kundang, dan lain nya.
Iya mbak. Sedih ya sekarang anak2 lebih suka hp
Hapusapa aku doank ya yang ga pernah waktu kecil di dongengin orang tua. Atau bisa saha aku lupa ya. Tapi lebih sering membaca sendiri, termasuk dongeng seperti timun emas di atas. Dan rata-rata setiap dongen tersebut ada pesan moralnya
BalasHapusKeren dong. Yg lain dibacain ini malah baca sendiri. Sippp
HapusWah, ceritanya menarik dan saya baru tahu Lo, beneran mbak cerita sebenarnya. Seru kali kalau ada cerita lain lagi. Btw, tahu kisah sebenarnya gitu darimana, mbak? Membaca buku sejarah-kah?
BalasHapusIya, bbrp di dapat dari membaca terjemahan buku kitab2 kuno dan sejarah.
HapusWah, memang banyak distorsi sana sini ya Mba
BalasHapusTapii ya begitulah kehidupan di dunia ini.
Baik negri dongeng maupun dunia nyata, selalu banyak ketidaksingkronan heheheheh
Haha.. Betul. Yg penting otak kita jangan sampai gak sinkron. Bahaya nih
HapusKalau waktu kecil dulu aku paling suka dongeng Kancil dan pak tani. Itu favorit banget. Sampai berulang2 juga gak bosen hihiii
BalasHapusHihi.. Sama
HapusWaaaahh, gak nyangka kalau ternyata dongeng yang sering diceritakan saat kecil itu ada sejarah di baliknya ya
BalasHapusBetul mbak
HapusKalau baca dongeng anak saat kita sudah dewasa kadang emang kelihatan lebaynya di sana-sini ya Mba hehe... anak2ku suka nanya balik kl sedang dongengin
BalasHapusTulls bangett
HapusDi masa kini, beberapa penulis mengaku mereka membuat cerpen dari dongeng² asli asal Indonesia. Aku jadi penasaran, dalam versi modern, seperti apa wujud dongeng itu ketika ditulis ulang.
BalasHapusCoba deh mbak nya yg nulis. Pasti sip
Hapusjaman aku kecil gak yang dibacain buku cerita gitu sih, tapi aku tuh inget paling seneng kalo mamaku ceritain soal dongeng anak yang masih legendaris sampe sekarang juga sih
BalasHapusHaha.. Jadi inget masa kecil dah
HapusDongeng itu fun menurut saya. Membaca ataupun mendengarkannya menumbuhkan imajinasi. Indonesia kaya akan cerita dongeng ya. Dari Sabang sampai Merauke ada aja ceritanya. Seru!!
BalasHapusIyess, seruuuu
HapusSaya juga penasaran, kira - kira makanan pavorit keluarga Ken Arok apa yah...?
BalasHapusSaya sempat googling juga sih di internet, namun ngak ketemu jawabannya apaan.hahahah..........
duh segitunya saya nyari tahu...apa makanan kesukaan Ken Arok Sekeluarga...
Atau...jangan2 makanan kesukaannya adalah " Bakso frozen and Mami Kriting " ??? . atau sosis bakar gitu... ? :)
hahahah...sepertinya bukan yahhh, soalnya jaman Ken Arok mana ada bakso Frozen dan mami kriting, yang ada malahan mungkin " tiwul, getuk, gaplek "....mmm, jadi ngiler nih gegara nyebutin makanan.
Ngomong2 masalah Nawang Wulan, kayaknya bukan hanya di endorse oleh para pebisnis kosmetik saja deh, namun juga bakal di endorse oleh Produk Kain Sarung atau produk handuk...... hahahah.
Emang gak ada di internet kang. Saya aja taunya pas ketemu ama local guide trus dikasih tau kitabnya
HapusWih, saya baru tahu tentang adanya kisah nyata dibalik dongeng-dongeng tersebut. Tapi namanya juga dongeng, dengan berbagai unsur magisnya, cerita tersebut menjadi lwbih menarik dan diceritakan turun temurun. Dari mulut ke mulut, hingga media cetak, sekarang ke internet.
BalasHapusDongeng yang kita dengar dan baca, telah melalui banyak masa dan beberapa sudah berbelok. AKu jadi ingat saat itu, dongeng semacam ini akan diceritakan pada malam-malam khusus dan secara khusyuk. Sebagian di antaranya untuk menguatkan hegemoni penguasa saat itu. Makanya dibuat seperti punya aura mistik. Orang zaman sekarang tak bisa menerima mentah-mentah informasi dalam dongeng tersebut.
BalasHapusWaahh ditunggu mba dongeng berikutnyaa. Kemarin aku jg habis baca soal jaka tarub. Ini kalau dipakai versi jaka tarub yg endingnya beda lucuu ga sih hihi
BalasHapusSemakin bertambah usia makin sadar kena prank ya mbak wkwkwk samalah,semoga prank ini tidak kita lanjutkan pada anak-anak kita ya. Hehehe
BalasHapusSetiap dongeng sebenarnya kisahnya berulang ya kak.Aku juga sempat ditanyai kenapa cinderela boleh pulang sampai jam 12 malam. Wkwkwwk. Btw aku suka penuturan kakak deh, enak bacanya.
BalasHapusNggak bosen mbak, ayo dong bikin part 2 nya. itung-itung mengingat masa kecil juga dengan berbagai bku dongeng yang sudah pernah dibaca
BalasHapusaku seringnya baca sendiri, dari SD udah sering baca majalah, lalu beli buku cerita yang legenda legenda itu mbak, dulu banyak banget koleksiku.
BalasHapuskayaknya waktu aku SD mikir juga, sebenernya itu kisah beneran ga sih, cuman kadang kayak gimana gitu ya, antara nyata dan enggak
sampe sekarang cerita itu juga masih bertahan, masyarakat sekitar juga ada yang mempercayai juga cerita seperti ini
aku jadi bingung hehehe
Mendongeng saat memilih dan mengambil dari sudut pandang lain memang sangat seru dan si anak dak cepat bosen
BalasHapus