16 September 2020

Dongeng Di Negeri (Bukan) Dongeng


Waktu kecil siapa nih yang suka didongengin ama emaknya? Kalo ada yang nanya gitu pasti saya udah ngacung paling tinggi duluan. Dongeng kayaknya identik banget ama dunia masa kecil yang bahagia ya. Dulu sih Emak suka sebel kalo lagi ndongeng. Maklum saya suka protes setiap kali ada sesuatu yang janggal. Dan kalo nanya mesti nguber terus sampai  jawabannya memuaskan. Dan seringnya gak puas. Hehe…

Imej dongeng sebagai sesuatu yang di awang-awang, ajaib, penuh khayalanmembuat kita memaklumi segala sesuatu yang dirasa nggak masuk akal. Terima aja nggak usah banyak tanya. No excuse. Kan namanya juga dongeng..

Seiring bertambahnya umur saya menemukan berbagai referensi bacaan tentang dongeng dari sudut pandang yang lain. Di sisi lain saya bertemu dengan orang-orang luar biasa yang paham sejarah.  Betapa saya sering takjub melihat kenyataan dongeng hanyalah simbol-simbol dan penyamaran dari suatu keadaan yang tidak boleh diketahui secara umum.

Mungkin kasusnya semacam peristiwa besar yang tidak boleh disebarkan secara terang-terangan sehingga penyampaiannya pun digubah secara halus, penuh simbol dan tidak terang-terangan. Misal seperti kisah Ramayana yang ternyata adalah peristiwa genosida bangsa  pribumi yang dilakukan oleh bangsa pendatang berkulit putih.

Pernah dengar cerita Baru Klinting? Wow! Dulu sih waktu ada cerita sebatang lidi yang tercabut bisa memancarkan air yang bisa menenggelamkan satu desa bikin saya melongo. Kok bisa ya? Emang kayak gimana lidinya? Sakti banget nih bocah. Ternyata bukan masalah lidi yang dicabut. Pernah kepikiran gak kalo kisah ini sebenarnya mirip musibah lumpur lapindo di zaman orde baru kemarin? Hai, kisah baru klinting terulang lagi! God!

Atau seperti kisah Ken Arok yang katanya anak Dewa Surya. Dulu sih saat SD saya mikir keras nih dewa makluk apaan? Apa sebangsa jin gitu ya? Guru agama saya gak pernah bahas soalnya. Haha..  Nah, sekarang saya tahu,  Dewa Surya dimaksud dalam Babad Tanah Jawa yang notabene ayah Ken Arok ternyata hanya manusia biasa. Posisinya sebagai pejabat tinggi pada waktu itu sangat tidak memungkinkan para penulis naskah menyebut identitasnya secara langsung. Intinya ayah KenAarok ini adalah oran penting -yang -tak-boleh-disebut-namanya. Dan kalo nekad disebut juga, hmmm…you know what I mean.

Ohya, info nggak penting. Ken arok mati ditusuk anak tirinya di waktu sore hari saat menyantap makanan favoritnya. Dan ternyata makanan favorit keluarga kami sama. Saya curiga, jangan-jangan kami masih satu keturunan. Oh tidaaak! Penasaran apa makanan favorit keluarga saya dan Ken Arok, gak? Abaikan paragraph yang ini. Lanjut ya.

Membaca dongeng harus berhati-hati. Tak semua dongeng harus ditelan mentah-mentah. Saya ingat saat kena protes si kecil kenapa sih cuma Timun Mas aja yang boleh melanggar janji . Semua tahu dong ortu Timun Mas pernah janji akan memberikan anaknya yang cuantek mobyong-mobyong kayak artis Inul Daratista itu untuk dijadikan makanan raksasa saat usianya 17 tahun. Wah, saya sempat kaget sambil mikir, iya ya.. jangan-jangan saya udah ngajarin anak boleh melanggar janji . waduh.. harus buru-buru kasih epilog nih biar si Kecil gak banyak tanya lagi. Fiuh! Emaknya ampe keluar keringet dingin.

Satu lagi dongeng yang melekat di ingatan saat masih kecil. Dongeng Joko tarub. Sejak kecil saya bener-bener gak simpati ama cowok macem gini. Meskipun hanya dongeng tapi saya ngerasa tersinggung berat lha wong semasa kecil saya hidup di desa dan biasa mandi di kali.

Sejak kecil di desa Si Mbah Uti para cowok sejak usia balita udah diberi semacam brainwash bahwa area mandi perempuan dan laki-laki itu berbeda. Lelaki terhormat itu harus menjaga pandangan. Eh, lha kok ujug-ujug diceritain dongeng ini. Meskipun Joko Tarub lelaki muda cem oppa-oppa yang auranya  wow bingiit, eitss.. kayaknya kalo di desa Mbah Uti  bakal jadi gunjingan  bu Tejo dan kroninya. Uh, ngeriii!

Namun begitulah dongeng. Tak semua harus ditelan mentah-mentah. Terkadang sebuah asumsipun bisa menjadi gossip menarik yang terus dibiarkan para pelakunya. Demi alasan apa coba? Balik ke kasus Joko Tarub, pemuda ganteng ala oppa-oppa korea ini dituduh sebagai cowok pecicilan yang dengan liciknya mengambil selendang milik bidadari yang sedang mandi di kali.( Ehmm.. saya bayangin nih kalo Nawangwulan, bidadari itu ketemu brand besar pasti udah diendors macem-macem. Krim kulit, sabun wangi, sampoo anti ketombe yang efeknya pasti viral ngalahin Anggun jadi duta shampoo lain.)

Nah, lagi-lagi dongeng bikin saya ngerasa di prank karena kenyataannya seringkali tidak seperti yang kita bayangkan.  Sama halnya dengan kisah Joko Tarub yang ternyata adalah salah seorang ulama zaman wali songo. Sek bentar. Betul, saya tidak salah ketik. Beliau adalah seorang ulama. Beliau ini tidak pernah mengintip perempuan mandi apalagi mencuri selendangnya.

Awalnya kisahnya bisa dibaca di novel Damar Shasangka berjudul Sejarah sabda Palon: Tonggak Bumi Jawa (2015). Prolognya Ki joko Tarub sedang menceritakan kisahnya di depan putri semata wayangnya yang baru saja menginjak usia sweet seventeen.

Joko Tarub sendiri bernama asli Kidang Telangkas putra Syekh Maulana Magribi yang menikah dengan putri dari Adipati Tuban. Nah, Kidang Telangkas ini ikut orang tua angkatnya yang tinggal di desa Tarub makanya namanya di sebut Joko Tarub.

Suatu hari ada rombongan dari tanah Sunda yang melewati jalur laut dari pelabuhan Kalapa (sekarang Jakarta) menuju pelabuhan Simongan (sekarang Semarang). Di tengah perjalanan mereka transit dan tinggal sebentar di hutan daerah Tarub yang terkenal angker dan wingit.

Kedatangan rombongan ini tidak lapor RT RW padahal aturannya jelas siapapun yang masuk ke desa Tarub harus lapor dulu ke Akuwu Ring Tarub selaku penguasa setempat. Saat itu orang tua angkat Joko Tarub lah yang menjadi Akuwunya. Seiring berjalannya waktu, banyak warga yang melihat ada beberapa wanita cantik yang mandi di sendang di tengah hutan.

Lha karena terlihat bingung maka penduduk desa ini menganggap perempuan-perempuan cantik ini sebagai widodari atau bidadari. Kondisi ini memaksa Joko Tarub untuk memeriksa situasi hutan yang dianggap meresahkan warga. Awalnya Joko Tarub juga mengira bahwa perempuan-perempuan itu golongan bidadari. Namun anggapan itu sirna saat ia juga melihat ada segolongan lelaki yang berada tidak jauh dari tempat tersebut.

Singkat cerita Joko Tarub pun berkenalan dengan rombongan tersebut. Dan ternyata kedatangan mereka adalah untuk mencarikan suami dari salah satu putri mereka yang bernama Rara Purwaci. Joko Tarub dianggap sebagai calon yang tepat karena  memiliki ciri-ciri pemuda yang mereka cari. Singkat cerita, Joko Pulang dengan membawa calon istrinya. Penduduk gempar dan mengira Joko Tarub akan menikah dengan bidadari. Joko tarub tidak melakukan konfirmasi apapun perihal apapun dan sengaja menyembunyikan identitas istrinya karena perbedaan kasta di antara mereka pasti akan menjadi masalah. Bahkan mengubah nama Rara Purwaci menjadi Nawang Wulang.

Asal-usul yang simpang siur dan tidak jelas ini semakin menguatkan asumsi yang beredar di masyarakat bahwa Nawang Wulan memang benar-benar widodari. Dan parahnya asumsi ini terus kita percaya selama berabad-abad. Jadi wajar kan kalo saya ngerasa di prank saat tahu fakta aslinya? Oke, lanjut. Singkat cerita mereka menikah dan memiliki putri bernama  Nawangsih. Dari nawangsih inilah raja-raja jawa seperti Ki Ageng Selo dan Ki Ageng Pemanahan diturunkan.

Bukan cuma kisah Joko Tarub dan Ken Arok saja yang mengalami distorsi kisah. Masih banyak yang lain. Cuma kalo saya ceritain semua kayaknya pada bosen nih. Tuh, udah ada yang nguap saking kantuknya. Haha.. Baeqlah, sodara. Kita akhiri kisah ini biar saya nggak kebanyakan omong (ngetik).

Sekian.

By SS



 

 

 

  

54 komentar

  1. Hehe iya terkenal banget Joko Tarub dan bidadari ini. Boleh lah nulis dongeng yang lain, ntar tak baca semua mba wkwkk

    BalasHapus
  2. Saya sangat menyukai cerita yang bersangkutan dengan masa lalu (bukan kisah bareng mantan ya...) dan budaya suatu daerah. Bahkan skripsiku menyangkut tentang legenda. Menurutku, legenda bukan sekadar legenda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, kisah mantan bisa jadi duwit lho mbak. Tanya aja mas pidi baiq tuh. Dilan jadi viral gegara ngomongin mantan lho

      Hapus
  3. Sepertinya menarik nih mengulas fakta asli tentang dongeng yang beredar sekarang :)
    Itu akan meluruskan banyak hal terutama sejarah aslinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang ada yg emang sengaja dikaburkan demi nama baik kak. History is his story

      Hapus
  4. Wahh mbak banyak koleksi dongengnya yaa.. aq tau dongeng2 spt ini karena dulu waktu kecil suka baca hehe

    BalasHapus
  5. aku memang percaya bahwa dongeng itu ga nyata ya mbak..tapi ternyata distorsinya jauh bgt jaka tarub ke ulama huhu

    BalasHapus
  6. Wow.. mindblowing juga ya soal jaka tarub ini.
    saya benar-benar tidak menyangka.
    saya juga gak kepikiran buat ngecek bagaimana dongeng bisa muncul sih. semoga bisa share soal dongeng yang lain ya mbak. :D

    BalasHapus
  7. Kok aku jadi penasaran sama makanan favorit Ken Arok ya..hm, bisa sama dengan kesukaannya Mbak Santi..duh kepo akutuuu
    Dongeng mau di manapun memang ga masuk akal ya..tapi mebuat kita (terutama) anak-anak berimajinasi. Bahkan bisa jadi inspirasi perusahaan seperti Disney untuk membuat film dan lainnya dari dongeng ini
    Ulasan yang menarik Mbak..aku suka caranya bercerita...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.. Ntar aku ceritain makanan favoritnya. Klo gak lupa

      Hapus
  8. Cerita kaya gini lagi mbakkk ...
    Suka banget tulisan ini, karena saya yang familiar dengan cerita cerita di atas jadi tahu kisah yang sebenarnya.

    BalasHapus
  9. Sejak SD saya suka sekali baca dongeng mbak, bahkan sering koleksi dari timun emas, malin Kundang, tapi belum pernah punya yang Jaka Tarub.. hanya baca di perpustakaan saja kalau Jaka Tarub. Saya sering nanya dulu waktu sekolah, katanya ini dongeng hanya kisah fiktif tapi ada yang bilang sebagian di angkat dari kisah nyata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah mb. Ada yg fakta terdistorsi, ada pula yg bener2 fiksi

      Hapus
  10. Sebenernya dongen sangat bagus kalau untuk diceritakan kepada anak-anak kita ya. APalagi kalau dimodifikasi gitu sesuai zaman milenial, hehehe

    BalasHapus
  11. Hahaha aku ngakak baca tulisan mba Santi ini,, satu keturunan sm Ken Arok karena sama makanan favoritnya pula gokilll, thanks mba... Menghibur

    BalasHapus
  12. dongeng dikategorikan fiksi, karena memang hanya hayalan. tapi hayalan dama dongeng sarat akan pesan moral. tentunya bagus untuk membangun karakter anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Tp gak semua denger membangun moral. Ada yg perlu pendampingan orang tua seperti kisah Sangkuriang

      Hapus
  13. Kalau dulu booming banget cerita cerita rakyat,beda seperti sekarang yang lebih betah berjam jam menatap smartphone, ditambah lagi kesibukan para orang tua yang tak sempat membacakan dongeng sebagai pengantar tidur.
    Ada timun mas, hikayat kancil, cerita pinokio, malin kundang, dan lain nya.

    BalasHapus
  14. apa aku doank ya yang ga pernah waktu kecil di dongengin orang tua. Atau bisa saha aku lupa ya. Tapi lebih sering membaca sendiri, termasuk dongeng seperti timun emas di atas. Dan rata-rata setiap dongen tersebut ada pesan moralnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren dong. Yg lain dibacain ini malah baca sendiri. Sippp

      Hapus
  15. Wah, ceritanya menarik dan saya baru tahu Lo, beneran mbak cerita sebenarnya. Seru kali kalau ada cerita lain lagi. Btw, tahu kisah sebenarnya gitu darimana, mbak? Membaca buku sejarah-kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bbrp di dapat dari membaca terjemahan buku kitab2 kuno dan sejarah.

      Hapus
  16. Wah, memang banyak distorsi sana sini ya Mba
    Tapii ya begitulah kehidupan di dunia ini.
    Baik negri dongeng maupun dunia nyata, selalu banyak ketidaksingkronan heheheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha.. Betul. Yg penting otak kita jangan sampai gak sinkron. Bahaya nih

      Hapus
  17. Kalau waktu kecil dulu aku paling suka dongeng Kancil dan pak tani. Itu favorit banget. Sampai berulang2 juga gak bosen hihiii

    BalasHapus
  18. Waaaahh, gak nyangka kalau ternyata dongeng yang sering diceritakan saat kecil itu ada sejarah di baliknya ya

    BalasHapus
  19. Kalau baca dongeng anak saat kita sudah dewasa kadang emang kelihatan lebaynya di sana-sini ya Mba hehe... anak2ku suka nanya balik kl sedang dongengin

    BalasHapus
  20. Di masa kini, beberapa penulis mengaku mereka membuat cerpen dari dongeng² asli asal Indonesia. Aku jadi penasaran, dalam versi modern, seperti apa wujud dongeng itu ketika ditulis ulang.

    BalasHapus
  21. jaman aku kecil gak yang dibacain buku cerita gitu sih, tapi aku tuh inget paling seneng kalo mamaku ceritain soal dongeng anak yang masih legendaris sampe sekarang juga sih

    BalasHapus
  22. Dongeng itu fun menurut saya. Membaca ataupun mendengarkannya menumbuhkan imajinasi. Indonesia kaya akan cerita dongeng ya. Dari Sabang sampai Merauke ada aja ceritanya. Seru!!

    BalasHapus
  23. Saya juga penasaran, kira - kira makanan pavorit keluarga Ken Arok apa yah...?

    Saya sempat googling juga sih di internet, namun ngak ketemu jawabannya apaan.hahahah..........

    duh segitunya saya nyari tahu...apa makanan kesukaan Ken Arok Sekeluarga...

    Atau...jangan2 makanan kesukaannya adalah " Bakso frozen and Mami Kriting " ??? . atau sosis bakar gitu... ? :)

    hahahah...sepertinya bukan yahhh, soalnya jaman Ken Arok mana ada bakso Frozen dan mami kriting, yang ada malahan mungkin " tiwul, getuk, gaplek "....mmm, jadi ngiler nih gegara nyebutin makanan.

    Ngomong2 masalah Nawang Wulan, kayaknya bukan hanya di endorse oleh para pebisnis kosmetik saja deh, namun juga bakal di endorse oleh Produk Kain Sarung atau produk handuk...... hahahah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang gak ada di internet kang. Saya aja taunya pas ketemu ama local guide trus dikasih tau kitabnya

      Hapus
  24. Wih, saya baru tahu tentang adanya kisah nyata dibalik dongeng-dongeng tersebut. Tapi namanya juga dongeng, dengan berbagai unsur magisnya, cerita tersebut menjadi lwbih menarik dan diceritakan turun temurun. Dari mulut ke mulut, hingga media cetak, sekarang ke internet.

    BalasHapus
  25. Dongeng yang kita dengar dan baca, telah melalui banyak masa dan beberapa sudah berbelok. AKu jadi ingat saat itu, dongeng semacam ini akan diceritakan pada malam-malam khusus dan secara khusyuk. Sebagian di antaranya untuk menguatkan hegemoni penguasa saat itu. Makanya dibuat seperti punya aura mistik. Orang zaman sekarang tak bisa menerima mentah-mentah informasi dalam dongeng tersebut.

    BalasHapus
  26. Waahh ditunggu mba dongeng berikutnyaa. Kemarin aku jg habis baca soal jaka tarub. Ini kalau dipakai versi jaka tarub yg endingnya beda lucuu ga sih hihi

    BalasHapus
  27. Semakin bertambah usia makin sadar kena prank ya mbak wkwkwk samalah,semoga prank ini tidak kita lanjutkan pada anak-anak kita ya. Hehehe

    BalasHapus
  28. Setiap dongeng sebenarnya kisahnya berulang ya kak.Aku juga sempat ditanyai kenapa cinderela boleh pulang sampai jam 12 malam. Wkwkwwk. Btw aku suka penuturan kakak deh, enak bacanya.

    BalasHapus
  29. Nggak bosen mbak, ayo dong bikin part 2 nya. itung-itung mengingat masa kecil juga dengan berbagai bku dongeng yang sudah pernah dibaca

    BalasHapus
  30. aku seringnya baca sendiri, dari SD udah sering baca majalah, lalu beli buku cerita yang legenda legenda itu mbak, dulu banyak banget koleksiku.
    kayaknya waktu aku SD mikir juga, sebenernya itu kisah beneran ga sih, cuman kadang kayak gimana gitu ya, antara nyata dan enggak
    sampe sekarang cerita itu juga masih bertahan, masyarakat sekitar juga ada yang mempercayai juga cerita seperti ini
    aku jadi bingung hehehe

    BalasHapus
  31. Mendongeng saat memilih dan mengambil dari sudut pandang lain memang sangat seru dan si anak dak cepat bosen

    BalasHapus

Mohon ketika berkomentar harap menggunakan Akun Blogger , G+,Anonymous kalau URLnya di isi dengan Nama Blog, Maka dengan berat Hati komentarnya tidak saya Posting, :)
EmoticonEmoticon