Tentang Masker
Suatu hari saya dibonceng seorang teman pergi ke suatu tempat.
Kami melewati jalan raya dan terjebak lampu merah. Saat menunggu lampu merah
inilah saya menoleh ke arah kiri. Betapa kagetnya ada seorang bapak-bapak
memakai masker yang bergambar mulut yang tertawa lebar. Sejenak saya agak ngeri
melihat perpaduan wajah yang tidak simetris dan tawanya yang tidak natural.
Saya membayangkan bagaimana jadinya jika ada masker warna
kulit yang senada dengan kulit pemakainya. Namun masker itu polos tanpa gambar
apapun. Pasti saya juga ngeri. Rasanya seperti membayangkan Si Muka Rata, hantu
tanpa mulut dan hidung yang suka menakuti anak kos di rumah sebelah. Udah ah, horror.
Masker mendadak menjadi perbincangan hangat di mana-mana.
Keberadaannya sekarang dianggap benda penting dan menjadi salah satu prioritas
yang harus dimiliki semua anggota keluarga. Siapa sih yang gak punya masker
sekarang?
Dasar manusia ini makhluk kreatif kayaknya gak puas gitu liat
masker yang apa adanya. Penginnya diubah-ubah bentuk biar lebih eye catching.
Maka merebaknya segala macam model dan warna masker. Dari yang murah sampai
yang mahal.
Anak-anak paling suka masker bergambar superhero. Ibu-ibu
cari masker yang berenda atau ada pita cantiknya. Sementara bapak-bapak banyak
yang cari model wajah senyum seperti di awal tadi. Kalo saya? Oh, saya orangnya
simple. Suka yang biasa aja tanpa banyak ornament. Mungkin karena saya lebih
ngeliat fungsinya kali ya daripada modelnya.
Saya sempat ngerasa wow banget saat tahu istri salah seorang
pejabat negara memakai masker senilai puluhan juta. Atau seseartis yang pakai
masker dengan hiasan berlian. Waduh, jiwa warga julid saya meronta-ronta liat
ginian. Haha..Masker sepertinya sudah bukan sekedar tren. Ia telah berubah
menjadi gaya hidup dan menjadi penanda status sosial.
Saya ingat awal-awal memakai masker bukanlah satu hal yang
menyenangkan. Untuk perempuan yang terbiasa tampil tanpa penutup muka tidak
mudah bagi saya untuk beradaptasi dengan kebiasaan yang baru. Rasanya gerah,
pengap dan sulit nafas. Memakai masker menjadi siksaan tersendiri selain DL
kerja beruntun sampai lupa nengok blog sendiri. Haish!
Namun perlahan saya mulai membiasakan diri dan alhamndulilah kini
sudah mulai terbiasa. Bahkan saya menikmati memakai masker sekarang, hehe..
Gimana enggak, saya yang nggak hobi make up amat tertolong dengan adanya masker
yang menutupi wajah. Irit dan praktis. Haha..
Ibarat benteng, masker mampu melindungi kita dari kuman,
bakteri dan virus penyebab penyakit. Banyak masker sekali pakai yang langsung
bisa dibuang namun ada juga yang bisa dipakai berulang kali. Untuk masker yang
bisa dipakai berulang kali ini jangan lupa dicuci ya.
Di antara kita mungkin ada yang belum paham bagaimana cara
mencuci masker yang benar. Caranya mudah, rendam dulu masker dengan air panas
kira-kira suhu 50°C sampai 60°C. Kucek dengan deterjen pelan-pelan untuk
mnghindari kain rusak. Usahakan bilas dengan air mengalir. Jemur masker di
bawah sinar matahari, ya. Jangan menjemur masker di dalam ruangan karena
dikhawatirkan membuat masker lembab dan justru menjadi sarang kuman.
Masker yang sudah dicuci sebaiknya disetrika karena efek
panasnya bisa membunuh kuman. Meski
terdengar sepele tapi nyatanya banyak yang nggak paham bagaimana cara merawat
masker. Masker yang tidak dibersihkan secara benar bisa menjadi penyebab
jerawat lho. Hehe..
Pokoknya jangan pernah lengah untuk selalu menerapkan
protocol kesehatan di manapun berada. Jangan sampai menyesal di belakang. Ya
iyalah namanya menyesal juga di belakang . kalo di depan namanya pendaftaran. hehe..
Dunia internet menyuguhkan banyak informasi kesehatan dari
berbagai sudut pandang. Kadang sampai bingung sendiri karena terlalu overload
infonya. Pusing jadinya. Gak semua info yang kita dapatkan itu trushable. Jika
kita salah informasi bisa berbahaya kan.
Salah satu tempat informasi yang aku percayai ya Halodoc.
Kita nggak hanya dapat informasi kesehatan aja kok. Tapi juga alamat rumah
sakit yang dituju, estimasi biaya dan juga hasil pemeriksaan. Gak ribet dan
praktis tanpa harus keluar rumah.
Nah, saat browsing-browsing di Halodoc itu saya nemu artikel tentang test PCR. Baca-baca deh. Akhirnya nemu nama-nama rumah sakit apa aja yang menyediakan
layanan Tes PCR (Polymerase Chain Reaction) atau tes untuk mendeteksi
keberadaan sel, bakteri ataupun virus dengan akurat. Cuzz aja di PCR Swab Test Surabaya Ini untuk lokasi yang di Surabaya aja ya. Lokasi kota lain ada juga kok. Tinggal browsing aja.
Udah ah pokonya jangan keluar rumah kalo nggak penting
banget. Dan kalaupun terpaksa harus keluar jangan lupa masker ya. Eh iya satu lagi.
Maskernya jangan lupa di cuci biar gak bau.
By SS
Pas pertama lihat orang pakai masker yang gambarnya orang ketawa, saya juga kaget mbak. Iya, masker kini banyak variasi bentuk dan juga bahannya. Kalau saya tetap suka yang dari kain biasa aja, yang 10 ribuan
BalasHapusAku heran juga sampai sebegitunya beli masker puluhan juta pun yang bertabur berlian ada. Sejak ada Covid hanya beli masker kain sekali (1/2 lusin) sama tetangga samping rumah. Terus dapat pembagian gratis dari Pemprov DKI 8 biji (2 kali jumlah orang di rumah) Terus dari kantor suami dapat 1 lusin. Udah cukup, yang penting fungsinya sesuai aturan protokol kesehatan, bukan gaya-gayaan, kan
BalasHapusIya ya... banyak yang enggak paham gimana cara merawat masker. Waktu itu pernah ada teteh yang bantu di rumah, dia cerita masker yang dia pakai waktu itu bekas pakai hari sebelumnya. Saya langsung horor banget dengarnya. Akhirnya saya kasih beberapa simpanan masker di rumah buat dia ganti-ganti.
BalasHapusBener mb, sekarang bermumculan masker custom. Mungkin biar ada variasi dan ga monoton gitu-gitu saja ya..asal tetap memperhatikan fungsi dan syarat masker sih , menurut saya gpp...tapi kalau ada tambahan intan berliannya ini saya ga habis pikir ..hihi.
BalasHapusMasker emang jd perkap wajib untuk kemana2 and dimana2 ya.
BalasHapusMakanya perlu bgt stock masker kita dalam jumlah yg cukup. Krn kan per 4 jam sekali harus ganti ya
Halodoc ini memang bagus ya mba, saya sudah pakai beberapa kali untuk beli obat. Lumayan cepat prosesnya, dan bisa bayar pakai gopay pula 😂 hehehehehe. Jadi nggak perlu ribet harus ke luar rumah. Eniho, meski saya belum pernah pakai Halodoc untuk urusan PCR, tapi saya rasa dengan adanya fasilitas tersebut, tentu memudahkan kita untuk mencari informasi tambahan yang dibutuhkan related to PCR untuk Corona. Dan dengar-dengar sudah banyak yang menggunakannya 😆
BalasHapusSemoga semakin banyak hal positif yang bisa dikembangkan team Halodoc ke depannya 😁
kok aku jadi ikut bayangin masker yang sama dengan warna kulit dan nggak ada gambarnya sih mba, ngeri juga ya kalau ada.
BalasHapusKalo enggak mau pakai masker yauda di rumah aja kan daripada tidak mengikuti protokol kesehatan. Berhubung saya memang sehari-hari bawa motor maka terbiasa pakai masker. Hanya saja terkadang tidak terbiasa saat mau makan,pasti langsung dilepas semua maskernya. Btw,halodoc juga memudahkan ya untuk konsultasi kesehatan secara online.
BalasHapusDi masa pandemi gini banyak baiknya kita terus update dengan kondisi yang ada. Mulai dari self imunity, mengikuti protokol-protokol kesehatan terbaru, dan semua instrumen atau informasi yang mendukung kegiatan-kegiatan menjaga kesehatan. Penting untuk kita, keluarga, dan orang-orang yang berada di dekat kita.
BalasHapusSaya masih ga ngerti kenapa masker bergambar setengah wajah banyak disukai. Padahal ga bagus sih. Harus pinter pilih agar pas di wajah
BalasHapusSekarang aku juga sudah mulai terbiasa nih pakai masker. Sekarang malah ada yang kurang kalau keluar rumah ga pakai masker. Karena aku emang sehari-hari nya harus kerja jadi terpaksa keluar rumah
BalasHapusSejak lama, saya sudah sangat terbiasa mengenakan masker. Gimana, nggak? Sering pergi-pergi kan menggunakan transportasi publik mulai dari angkot, commuterline, kereta jarak jauh, bus AKAP, sampai pesawat. Saya nggak pernah tahu orang-orang sedang dalam keadaan sehat atau nggak. Makanya pakai masker.
BalasHapusMaka, saat sekarang harus pakai, nggak papa banget. Tapi kan dulu pakainya hanya di jalanan dan transportasi publik, ya. Sekarang ke tukang sayur aja di tetangga aja kudu pakai. Jika sosialita lingkungan RT saya nih yang meronta. Nggak enak gaul ala begini, hihihihi ... Pokoknya tetap konsisten, demiii kesehatan dan keselamatan bersama.
Sejujurnya aku sendiri masih suka sesak napas kalau pakai masker, tetapi ya berusaha dibiasakan hehe. Btw, aku juga terbantu pakai halodoc lho!
BalasHapusAkhirnya jadi terbiasa ya kak menggunakan masker, apalagi sekarang juga udah banyak motif masker yang bagus
BalasHapusBerhubung masker sudah menjadi kebutuhan, kenapa ngga dibikin keren sekalian. Mungkin demikianlah pikiran para pemakai masker. Sedangkan untuk produsen masker ini bisa menjadi ladang bisnis baru. Ayo pakai masker 😷
BalasHapusPakai masker itu memang gak nyaman ya. Apalagi kl banyak beraktifitas, panas dan bikin susah bernapas. Tapi tetap harus dijalankan agar wabah ini cepat berlalu. Sisi positifnya jadi irit lipstik hahahah...
BalasHapusAku awalnya juga shock waktu liat masker gambar wajah ketawa gitu hahahha.
BalasHapusJauh sebelum pandemi aku selalu pake masker, karna tiap hari aku menumpuh jarak yg cukup jauh, PP Jakarta-Bekasi, aku pakai masker biar terhindar dr polusi & debu di jalanan.
Sekarang semua orang pakai masker, untuk melindungi diri sendiri & orang lain, tp bagi sebagian orang, bener, masker udah kaya jd status sosial, artis2 maskernya berkelimang berlian gitu
Wah ada yang maskernya sampai ada berliannya ya, apalah daya saya yang maskernya pakai sapu tangan :)
BalasHapusSebelum ada vaksinnya maka disiplin diri memakai masker jadi penting untuk mengurangi resiko ya
BalasHapussebelum pandemi udah koleksi masker karena kulit wajahku kalau kena polusi tiap naik motor pasti langsung jerawatan. makanya rajin pakai masker, sekarang setelah pandemi masker udah gak pernah lepas lagi setiap kali keluar rumah, bahkan ke warungpun aku pakai masker.
BalasHapusSya pun pernah melihat bapak bapak yang pakai masker dengan gambar mulut tersenyum, saya agak terkecoh karena warna masker sama dengan warna kulit si bapak itu.
BalasHapusSaya pikir itu mulut bpaknya asli wkwkw tapi kok nyengir aja ya apa nggak kering tuh gigi.
Eh ternyata bukan.
Yap sekarang banyak masker yang dijual dengan harga yang selangit. Ada yang sampai ratusan ribu bahkan puluhan juta, jadi pengen nangis saya Pas tahu.
Tapi di sisi lain saya salut atas kreativitas dari para pengrajin masker tersebut. Disamping dapat mencegah kita dari virus, masker tersebut juga dapat membuat si pemakainya menjadi tampil lebih modis dan keren.
sedihnya sekarang banyak yg engga pakai masker dan mulaia menyepelekan
BalasHapuspadahal pemakaian masker sangat penting dan bisa mencegah wabah ini kian meluas
semoga ada solusi akan hal ini
Masa pandemi ini masker paling penting. Daaan yg penting mesti pilih masker yg memenuhi standar. Jgn asal pilih masker. Apalg
BalasHapusi sekarang banyak model masker dg gambar lucu2. Blh jg sih, yg menting yaitu stadar yg bener.
Dan spt yg mbk tulis diatas, cara nyuci masker yg hrs yg bener pula...
jadi keinget waktu aku nggak paham kalau ada masker dengan desain gambar mulut, ada bapak bapak lewat pake masker dengan desain itu, karna aku nggak begitu jelas kalau liat jarak jauh, aku mikir "nih bapak ngapain ketawa lebar aja dari tadi", dannn setelah ada orang kantor yang punya desain hampir sama, baru ngeh kalau itu "tipuan belaka" :D
BalasHapusiya nih mbak, maskerku sekarang banyak banget hehehe, dikit dikit beli
halo kang nata the coco, apa kabar ?
BalasHapusasik, ternyata udah ada penulis baru nih ya, he-he, lama tidak koment tapi sering berkunjung ke sini, dan tampilan blognya masih wuss seperti yang dulu
mahal dan mewah, blog ini kalau gak salah sudah pindah pemilik dan pengelolanya. Semoga tetap lancar dan sukses.
BalasHapus