28 Juli 2017

Pengalaman Kerja Menjadi Buruh Bangunan

Saat enam bulan tamat sekolah SMA saya diajak teman untuk bekerja menjadi buruh bangunan, karena tuntutan butuh uang maka pekerjaan itu saya terima.

pengalaman kerja menjadi buruh bangunan
Selain karena pertimbangan kebutuhan uang, pada waktu itu harga karet sudah sangat murah sehingga saya tidak menyadap karet dan memilih pekerjaan menjadi buruh bangunan saja.

Pertimbangan lainnya yang membuat saya memilih pekerjaan menjadi buruh bangunan adalah karena keinginan saya menambah pengalaman dan pengetahuan.


Saya berpikir jika suatu saat jika saya ingin membuat rumah, maka saya bisa membuatnya sendiri.


Maka pekerjaan menjadi buruh bangunan pun segera dimulaii…
Hari pertama kerja saya mempunyai tugas untuk mengaduk semen dan mengantarkannya ke pada kepala tukang.


Disamping itu juga saya harus mengantarkan batu bata untuk disusun menjadi sebuah bangunan utuh.


Untuk adonan semen dalam membuat susunan dinding rumah standarnya adalah 1 : 6, angka 1 untuk jumlah takaran semen dan 6 untuk jumlah takaran pasir.


Tapi kalau untuk mengecor membutuhkan perbandingan 1 :  1 : 1 , satu takaran semen, 1 takaraan untuk pasir dan 1 takaran untuk batu koral.


Soal ukuran/ wadah takaran itu  tergantung pada kita masing – masing, misalnya mengunakan gerobak sorong atau ember.


Agar susunan bata menjadi rapi dan berjejer rata maka membutuhkan alat bantu seperti tali benang.


Fungis benang itu agar saat kita menyusun batu bata bisa lurus mengikuti arah benang yan sudah dibuat tersebut.


Untuk menentukan rata atau tidaknya benang tersebut maka dari awal kita harus menentukan letak ujung dan pangkal benang dengan menggunakan selang kecil yang berisi air.


Selang kecil tersebut haruslah berukuran panjang sehingga bisa digunakan untuk ukuran tembok yan panjang.


Kita harus meletakkan ujung dan pangkal selang pada setiap sudut yang akan kita pasang batu bata, lalu perhatikan tingkat kesetabilan air di dalam selang.


Jika air sudah stabil alias tidak bergerak maka kita harus tandai, sebagai tempat meletakkan ujung benang.


Begitupun juga dengan ujung selang lainnya, dilakukan sama persis seperti diatas.


Setelah selesai maka proses menyusun bata pun dimulai, tapi jangan lupa beri jarak antara batu bata dengan batu bata lainnya sekitar 2 – 3 cm untuk memasukan adonan semen.
Tujuannya agar batu bata dengan batu bata lainnya bisa terkunci dengan kuat.


Demikianlah artikel singkat ini dibuat, mungkin lain kali akan saya sambung di blog ini.


Jika ada kesalahan pada  Ide dan penulisan saya mohon maaf.

2 komentar

  1. wkwkwkwkw, saya mah waktu STM juga pernah ngerjakan hal beginian.
    Nyangkul tanah buat gali pondasi, bikin adukan semen, ngaduk pakai sekop, bikin pembesian, gergaji kayu, dll.

    Sampai mama saya terheran-heran, ngapain saya sekolah buat jadi tukang batu hahaha.

    Semangat terus kang, enaknya kerja gitu, kita bisa dapat ilmu gratis :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahah...iya.sih.tapi Pandangan Masyarakat beda, kita kayak kerjanya susah.hahaha....

      Dulu Mbak pernah juga toh, aduk2 semen..?

      Hapus

Mohon ketika berkomentar harap menggunakan Akun Blogger , G+,Anonymous kalau URLnya di isi dengan Nama Blog, Maka dengan berat Hati komentarnya tidak saya Posting, :)
EmoticonEmoticon