28 Februari 2021

Ibu, Jamu dan Pandemi

 

cara membuat jamu

Jika ada yang bertanya masalah hobby, ada banyak hobby di dunia ini mulai dari membaca, olahraga, memasak dan berkebun. Hobby bisa menjadi pelepas stress di kala rutinitas mulai sangat menganggu. Namun jika yang ditanya adalah ibu saya, maka mungkin di dunia ini boleh ditambah jenis hobby baru: membuat jamu.

Jamu, bagi keluarga kami semacam ramuan ajaib bagi penduduk Galia. Entah kenapa kalo melihat ibu saya sedang membuat jamu rasanya seperti melihat Panoramix (otomatis saya yang jadi Obelixnya). Sebenarnya bukan semenjak ada pandemi aja beliau rajin membuat jamu. Hobby nya ini di mulai bahkan sejak belum menikah dengan bapak saya. Dan pandemi membuat ibu saya semakin lama semakin mirip Panoramic.

Ibu saya memang suka membuat jamu. Bahkan beliau membeli kuali khusus dari tanah liat yang hanya boleh diisi Jamu. Beliau tidak pernah membuat jamu dalam jumlah sedikit. Tahu kenapa? Karena hobby nya ini sudah menyebar ke dinding telinga para tetangga. Jadi tetangga juga kebagian incip-incip meski cuma segelas dua gelas.

 Jamu juga jadi oleh-oleh favoritnya saat mudik ke kampung. Bisa dipastikan bukan hanya keluarga karena tetangga di kampung pun pasti masuk nominasi daftar penerima oleh-oleh jamu buatan ibu saya.

Sejak kecil saya akrab dengan jamu meski bukan pecandu. Dulu saya benar-benar tidak suka jamu. Bahkan ibu pernah memaksa saya minum jamu hanya karena takut badan saya melar setelah menarche. Scene ini saya abadikan dalam salah satu episode Kok Ipung Jadi Suka Wortel.

Jamu, bagi ibu adalah salah satu cara menjaga kesehatan keluarga. Jika sebelum pandemi saja beliau rajin membuat jamu maka bisa dibayangkan setelah pandemi kegiatan membuat jamu semakin menjadi-jadi. Setiap kali stok bahan membuat jamu menipis, ibu langsung panik dan buru-buru ke pasar. Haha..

Entah karena memang sering meminum jamu atau karena lainnya nyatanya kami memang tetap sehat saat tetangga kanan kiri depan belakang terpapar covid. Tempat tinggal kami sempat mendapat predikat zona hitam karena saking banyaknya penderita covid. Saat kota Malang menerapkan PSBB karena persebaran covid yang luar biasa, kampung kami menjadi salah satu cluster dengan penderita covid terbanyak.

Cerita-cerita tetangga sampai timeline di WA berseliweran tentang manfaat jamu yang katanya mampu meningkatkan imun tubuh saat pandemi sukses membuat ibu saya mendoktrin cucunya untuk minum jamu. Padahal sebelumnya mereka lebih suka boba kenyil-kenyil itu daripada jamu. Hehe..

Resep jamu ibu saya sederhana. Bahannya hanya temulawak, kunir kuning, kunir putih dan sedikit asam Jawa. Kadang-kadang ditambah serai atau jahe. Untuk pemanis beliau menggunakan gula batu yang harganya murah dan dijual di pasar tradisional.

Semua bahan ini diiris tipis-tipis lalu direbus di dalam kuali khusus dari tanah liat. Hanya itu. Mudah membuatnya. Jika ingin meminum jamu, air rebusan ini bisa disaring dulu agar sisa irisan tidak terangkut dengan gelas. Jamu ini bisa diminum dalam kondisi hangat maupun dingin.

Dulu banyak orang menganggap jamu hanya minuman untuk orang tua. Banyak anak muda yang anti minum jamu karena dianggap kurang keren. Nyatanya sekarang jamu mulai diterima kalangan muda. Di sisi lain, jamu mulai naik kelas. Beberapa kali saya menemui jamu menjadi menu andalan di resto dengan harga yang lumayan mahal. Satu gelas bisa nyampe 50 ribu! Wah, padahal untuk ibu saya uang 50 ribu bisa dibuat satu ember besar jamu yang cukup untuk konsumsi satu Dasawisma. Haha.. Di hotel-hotel berbintang jamu juga sudah banyak yang dijadikan welcome drink. Wow!

Jadi saat ada yang bertanya apa sih yang kami lakukan untuk menjaga kesehatan di masa pandemi? Kompak kami menjawab: minum jamu.

 

 

21 komentar

  1. apa kabar kang Nata semoga sehat selalu dan blogger mantul jaya

    BalasHapus
  2. Wah enaknya ya kalo bisa ngolah sendiri jamunya, gak usah beli. Lebih sehat, higienis dan pastinya lebih hemat.

    Mungkin karena rutin minum jamu, jadinya imunnya kuat. kan sering minum pait, jadi bakteri dan virus juga malas ke badan kita, hehehe

    Dulu di tempat kerja saya di hotel bintang lima di Jakarta Pusat, welcome drink di SPA, dikasih jamu kunyit asam. Banyak tamu asing yang ketagihan minum jamunya, soalnya rasanya enak dan unik menurut mereka..

    BalasHapus
  3. Waah iyak bener jamu2 kalau yang di hotel mahaal beneeer kaaan, apalagi kalau bisa membuat sendiri, rasanya emaaan :D


    Menyenangkan yaa ada resep jamu tersendiri dan sudah menjadi kebiasaan apalagi di saat seperti ini, niscaya baik bagi imun dan tubuh. Aku juga penggemar jamu terutama kunyit asam :3

    BalasHapus
  4. Saya dulu pas kecil suka minum jamu, Mbak. Kebetulan ada langganan Ibu saya yang jamunya digendong. Nah, sekarang saya tidak menemukan rasa jamu yang dijual yang pas hehehe. Tapi kalau bisa bikin sendiri keren itu, Mbak. Selain enak, terjaga kebersihannya juga. Kalau di rumah saya, paling seringnya buat Sara'ba, minuman jahe khas makassar.

    BalasHapus
  5. Daku kalau ada jamu mau aja minumnya, apalagi yang kunyit asem haha.. waktu kecil dikasih yang beras kencur malah tetep nggak gemuk dakunya hix

    BalasHapus
  6. Hehehe.. selain multitasking, ibu otu juga pahlawan super, dokter, menteri keuangan sekaligus teman bagi keluarganya ��

    BalasHapus
  7. aku termasuk penggemar jamu, jika ada yang menjual atau membuat pasti suka beli dan pesen. Tapi ya ngga nyandu juga. Salah satu minuman yang menyenangkan menurutku sih

    BalasHapus
  8. Kalo bisa bikin jamu sendiri rasanya pasti lebih enak dan seger ya kak, aq belum pernah bikin sendiri, selama ini kalo lagi pengen minum jamu ya beli langsung

    BalasHapus
  9. Saya sudah lama nggak minum jamu. Pilihan jamu pun saya super duper pemilih. Maunya yaaa kalau nggat kunyit asam ya beras kencur, nggak ada yang lain. Iya ya. Kan jamu itu minuman tradisional Indonesia yang menyehatkan. Jadi tetap membantu daya tahan tubuh ok apalagi di masa pandemi begini.

    BalasHapus
  10. Iya sekarang jamu semakin menginternasional. Di hotel-hotel sudah banyak yang memakai jamu sebagai welcome drink. Jamu favorit saya sih beras kencur sama kunir asem hehe.

    BalasHapus
  11. Kalau mbahku itu masih suka dengan jejamuan. Dia juga sering bikin sendiri. Ibuku juga seperti itu walau udah agak jarang. Kecuali yang sederhana, misal rebusan jahe merah aja.

    Sedangkan aku? Sama sekali nggak suka dengan jejamuan. Hiks. Paling kalau minum beras kencur aja. HEhe

    BalasHapus
  12. wah rajin banget ngolah jamu sendiri...kakekku juga suka nolah jamu sendiri bahkan dijual dalam bentuk pil, ketika kakekku meninggal usaha jamu akhirnya dikelola sepupuku

    BalasHapus
  13. Saya sebenarnya ingin mengajak anak-anak bisa suka minum jamu. Tapi mencium baunya aja mereka gak mau hiks.
    Padahal saya ingin mereka juga suka jamu seperti ibunya. Akhirnya disiasati pakai madu, supaya mereka mau.

    BalasHapus
  14. Betul banget minum jamu menjaga kesehatan badan biar fit terus hilang capek dan letih meskipun kerja dari rumah juga wajib nih jaga kesehatan

    BalasHapus
  15. siapa yang di sini suka jamu? saya sih suka cuman jamu beras kencur terus nanti kalo mau nikah mau minum jamu kuat hehe

    BalasHapus
  16. Saya kemarin nengok kebon, ternyata banyak kunyit dan temu di sana. Akhirnya kuambil beberapa rimpang tapi bingung mo buat apa karena jarang masak. Kalo dijual tanggung kurang banyak. Apa dibuat jamu aja ya? Itu diiris2 langsung direbus atau dikeringkan/dijemur dulu?

    BalasHapus
  17. wah iya ya,jamu memang sudah terkenal manjur menjaga kesehatan..
    klo aq biasanya dibuatin mama jamu temulawak

    BalasHapus
  18. Sebenarnya bikin jamu itu bisa dibilang gampang kalau tau cara dan ramuannya. Kalau di kasus aku, aku mending beli soalnya kalau bikin juga paling diminum sendiri. Hahaha.. Pengen nyoba bikin sendiri ah.. Kunyit asam dan air kencur aku suka

    BalasHapus
  19. Ibuku tidak pernah minum jamu, maka begitu pula lah aku. Sangat asing dengan jamu. Paling ya sinom atau kunyit asam.
    Eh ternyata ada saudara Bapak yang berbisnis jamu modern. Jadilah aku mulai berkenalan dengan lebih banyak varian jamu.

    BalasHapus
  20. ibu saya suka bikin jamu juga
    apalagi sejak corona ini
    dan kalau kayak hotel memang juga jadi andalan ini jamu
    harganya engga main main juga ya

    BalasHapus
  21. sampe sekarang yang jadi favorit masih beras kencur hehehe
    aslinya memang nggak doyan jamu yang pahit, pernah juga coba sesekali
    dan paling seneng yg agak setengah pahit aja, lupa namanya, terus kalau habis minum yang pahit-pahit, dikasih minuman yang rasanya manis kayak gula merah

    BalasHapus

Mohon ketika berkomentar harap menggunakan Akun Blogger , G+,Anonymous kalau URLnya di isi dengan Nama Blog, Maka dengan berat Hati komentarnya tidak saya Posting, :)
EmoticonEmoticon